LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI DAN EMBRIOLOGI HEWAN
PENGAMATAN TERHADAP PERKEMBANGAN EMBRIO AYAM
DISUSUN
OLEH:
NAMA : LITA
NIM : F1071161030
KELOMPOK : 2
KELAS : III-A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2018
TUJUAN
Mengamati
tahapan perkembangan embrio ayam pada berbagai umur
Menggambarkan
dan memberi keterangan berdasarkan pengamatan
DASAR
TEORI
Embriogenesis adalah proses pembentukan dan
perkembangan embrio. Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah
mengalami pembuahan atau fertilisasi. Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan
pengaturan di tingkat sel. Sel pada embriogenesis disebut sebagai sel
embriogenik. Secara um um sel embriogenik tumbuh dan berkembang melalui
beberapa fase, antara lain sel tunggal (yang telah dibuahi), blastomer
blastula, gastrula, neuruladan embrio atau janin (Campbell, 1987).
Embrio adalah sebuah eukariota dipoid multisel dalam
tahap paling awal dari perkembangan. Dalam organisme yang berkembang biak
secara seksual, ketika satu sel sperma membuahi ovum, hasilnya adalah satu sel
yang disebut dengan zigot yang memiliki seluruh DNA dari kedua orang tuanya.
Dalam tumbuhan, hewan, dan beberapa Protista, zigot akan mulai membelah oleh
mitosis untuk menghasilkan organisme multiseluler. Hasil dari proses ini
disebut embrio (Susilo, 1993).
Aves merupakan salah satu hewan amniota karena
janinnya mempunyai selaput embrional yang dinamakan amnion. Tipe telur aves
adalah telolecithal, tetapi karena detoplasmanya banyak sekali maka dinamakan
megalecithal. Bagian yang aktif pada pembelahan sel telur adalah keeping
lembanganya (blastodisc). Pembelahan sudah dimulai sewaktu telur melalui
oviduk, di oviduk inilah telur mendapat albumen dan selaput-selaput lainnya.
Albumen kental yang berputar karena telur waktu melalui oviduk jalannya
berputar-putar sehinga albumennya turut berputar-putar, ini disebut sebagai
chalaza yang berfungsi untuk menjaga agar sel telur tetap terletak sentral di
dalam albumen dan keping lembanganya selalu menghadap ke atas. Cangkang kapur
didapat pada bagian posterior dari oviduk, dan rongga udara di antara selaput
cangkang telur mula-mula sempit sekali, tetapi selama pertumbuhan embrio rongga
tersebut makin tambah besar (Mirzadeh, 2010).
Pada hari pertama tampak ada rongga segmentasi yang
berada di bawah area pelusida, terdapat cincin yang berwarna lebih gelap dari
sekitarnya. Hari ke dua jalur pertama pada pusat blastoderm mulai muncul,
membran vitelum mulai muncul yang merupakan organ yang berperan dalam penutrisi
makanan embrio. Hari ketiga embrio telah berada disisi kiri dan mulai muncul
system peredaran darah, struktur jantung sudah mulai tampak berdenyut.
Pada hari ke dua puluh, kantung kuning telur sudah
masuk seluruhnya ke dalam rongga perut, pada hari ke dua puluh satu ini terjadi
serangkaian proses penetasan yang dimulai dengan kerabang mulai terbuka. Pada
saat ini kelembaban sangat penting agar pengeringan selaput kerabang dan
penempelan perut pada kerabang dapat dicegah. (Tienwati, 2001).
B. METODOLOGI
Waktu
dan Tempat
Hari
/ Tanggal : Selasa, 3 April 2018
Waktu : 07 : 30 – 09 : 30 wib
Tempat : Laboratorium Pendidikan
Biologi
Universitas Tanjungpura
Alat dan Bahan
Alat : 1. Inkubator
2. Cawan petri
3. Gunting
4. Pinset
5. Gelas objek
6. Mikroskop
Bahan :
1. Telur ayam kampung
2. NaCl fisiologis 0,9%
3. Kertas saring
3. Cara Kerja
Dipilih telur ayam kampung yang telah
diinkubasi selama 24 jam, 48 jam dan 72 jam
Dipecahkan cangkang telur yang telah
diinkubasi selama 24 jam dan dituangkan ke dalam cawan petri yang telah diberi
NaCl fisiologis 0,9%.
Dibuat lubang pada kertas saring dengan
menggunakan gunting, lubang pada kertas saring disesuaikan dengan besar embrio
ayam yang akan diamati
Diletakkan kertas saring di atas bakal
embrio sehingga hanya bakal embrio yang tampak pada lubang kertas saring
tersebut.
Diangkat kertas saring dengan
menggunakan pinset sehingga embrio yang telah dibersihkan ikut bersama kertas
saring
Dipindahkan embrio ke atas gelas objek
dan diletakkan di bawah mikroskop, kemudian diamati dan digambar
bagian-bagiannya
- Dilakukan perlakuan yang sama untuk
telur dengan masa inkubasi 48 jam dan 72 jam
C. HASIL
DAN PEMBAHASAN
Penampakan
telur dan Pengamatan mikroskopis
|
Gambar
literatur
|
a. Hasil
24 jam
|
|
b. Hasil
48 jam
|
Sumber:
Arsyad.2014.Perkembangan Embrio Ayam. (online)
(http://googlewebligt.com/i?u=http://adzhar-arsyad.blogspot.com.
|
c. Hasil
72 jam
|
Sumber:
Arsyad.2014.Perkembangan Embrio Ayam. (online) (http://googlewebligt.com/i?u=http://adzhar-arsyad.blogspot.com.
|
2. Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami
mengamati perkembangan embrio ayam. Objek yang diamati pada praktikum ini yaitu
embrio ayam umur 24 sampai 72 jam. Percobaan pembuatan sediaan wholemount
(sediaan embrio ayam) memerlukan telur ayam yang fertil ayam kampung (Gallus domesticus), yang telah
diinkubasi atau dierami selama satu sampai tiga hari, hal ini dilakukan karena
pada periode tersebut terbentuk tiga lapisan, primer pada embrio yaitu ectoderm,
mesoderm dan endoderm.
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil pengamatan, embrio ayam pada umur
inkubasi 24 jam belum terlihat jelas dengan struktur yang masih sangat
sederhana. Menurut Djuhanda (1981), perkembangan embrio ayam umur 24 jam
terbentuk bagian-bagian yang masih sederhana. Struktur embrio telah terbentuk
yaitu stria primitive, mesoderm, proamnion, mesenkim, pulau-pulau darah, somit,
usus depan, notokord, lipatan neural dan vesikula amnio-kardiak. Mesoderm telah
membentuk 4-5 pasang somit yang keduanya di kiri-kanan notokord dibagian tengah
embrio. Lipatan neural telah mendekat satu sama lain. Persatuan lipatan neural
pertama-tama terjadi di muka somit-somit pertama.
Permulan pembentukan
daerah embrio yaitu dengan terbentuknya keeping neural. Dari keeping ini
terjadi lipatan neural. Dalam hal ini lapisan anterior dari keping neural
membentuk suatu peninggian dan tumbuh ke muka di atas ektoderm. Kemudian
lipatan kepala yang kelak berdiferensiasi menjadi kepala. Di antara lipatan
kepala dan ectoderm, di bawahnya terjadi suatu struktur yang mempunyai kantong
yang disebut kantong subsefalik (Yatim, 1983).
Embrio ayam yang
diinkubasi 48 jam terdapat bagian amnion, prosencephalon, terlihat struktur
otak bagian rhombencephalon berkembang menjadi metecenphalon dan
myelencephalon. Menurut Djuhanda (1981), embrio ayam yang diinkubasi 48 jam
memiliki otak dan sumsum tulang belakang yang paling terkemuka dari semua
organ. Otak ini terbagi menjadi tiga bagian yang akan mengalami diferensiasi.
Vesikula optik pada dasarnya menyempit dan memanjang sehingga terbentuklah
tangkai optik yang tumbuh dari arah lateral ke arah ectoderm.
Hasil pengamatan embrio ayam yang diinkubasi 72
jam yang diamati dibawah mikroskop sudah terlihat garis-garis warna merah yang
merupakan petunjuk mulainya sistem peredaran darah. Menurut Djuhanda (1981),
embrio ayam yang diinkubasi 72 jam telah melakukan torsi pada seluruh panjang
tubuhnya. Pada kedua sisi embrio ayam terbentuk dua selubung yang menadakan
adanya pembentukan kaki. Perkembangan selanjutnya yaitu pembentukan tunas kaki
yang semakin jelas. Penempatan yang tepat dari tunas kaki ini akan menyebabkan
diferensiasi pada beberapa sel tunas kaki menjadi tulang rawan, sel lain
menjadi otot, pembentukan tunas kaki depan menjadi sayap dan tunas kaki
belakang menjadi kaki. Pencerminan perkembangan dari struktur di bagian tubuh
yang berlawanan ini seluruhnya terpusat pada regulasi morfogenesis dan
diferensiasi dalam perkembangan embrio.
Jika telur ayam
menetas pada hari ke 20-21 maka telur menetas pada waktu yang sesuai, berarti
suhu yang digunakan pas dan sesuai apabila terlalu cepat menetas contoh menetas
pada hari 18-19 berarti suhunya terlalu tinggi dan lebih baik diturunkan. Kalau
telur ayam terlambat menetas contoh menetas pada hari ke 23 maka suhunya
terlalu rendah dan kondisi suhu perlu dinaikkan, untuk mengatur suhu yang tepat maka bias dilakukan
dengan cara menaikkan atau menurunkan suhu per 0,5 derajat, apabila masih
kurang memuaskan bias menyetelnya lagi. Apabila sudah mentok seperti suhu
terendah 37 dan tertinggi 39 derajat celcius tapi daya tetasnya masih rendah
mungkin ini berasal dari kelembaban yang kurang pas atau bias dari kualitas
telur yang kurang bagus.
Pada percobaan
ini telur diberi NaCl. NaCl 0,9% berfungsi untuk mengoptimalkan suhu embrio
agar suhunya tetap sama pada saat ketika embrio berada dalam cangkangnya.
KESIMPULAN
Kesimpulan
Struktur embrio ayam yang terlihat pada
umur inkubasi 24 jam memiliki struktur tertentu yang masih sederhana
Embrio ayam yang diinkubasi 48 jam
terdapat bagian amnion, prosencephalon, terlihat struktur otak bagian
rhombencephalon berkembang menjadi metecenphalon dan myelencephalon.
Embrio ayam yang diinkubasi 72 jam yang
diamati sudah terlihat garis-garis warna merah yang merupakan petunjuk mulainya
sistem peredaran darah.
Suhu penetasan telur ayam yang ideal
berkisar dari 37 sampai 39 derajat celcius.
NaCl 0,9% berfungsi untuk mengoptimalkan
suhu embrio agar suhunya tetap sama pada saat ketika embrio berada dalam
cangkangnya.
Referensi
Adnan.
2008. Perkembangan Hewan. Makassar:
Biologi FMIPA URM
Djuhanda, T.1981. Embriologi
Perbandingan. Bandung : Armico
Hardi,
Susilo.1993.Struktur dan Perkembangan Hewan. Yogyakarta : Fakultas Biologi UGM
Mirzadeh, Z F. Doetsch, K. Sawamoto, H. Wichterle, and A, A
Bullya.2010. The Subventricular Zone En-Face: Wholemount Staining and Ependymal
Flow. Journal of Visualized Experiments.
7 (1): 34-46.
Tienwati.2001. Biologi Jilid
2. Jakarta : Erlangga
Yatim, W.1983. Embriologi.
Bandung: Tarsito