Saturday, July 7, 2018

”Tanaman yang Digunakan Sebagai Kontrasepsi Tradisional”



Kontrasepsi merupakan suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan (Prawiroharjo dan Sawono, 2006 dalam Adani, 2017). Kontrasepsi dapat dilakukan dengan menggunakan alat atau obat-obatan. Macam–macam kontrasepsi alat yaitu kondom, IUD, atau spiral.  Macam-macam kontrasepsi obat-obatan yaitu: kontrasepsi suntik dan pil kontrasepsi (Mochtar, 1996 dalam Adani, 2017). Pengertian umum kontrasepsi adalah berbagai cara untuk mencegah kehamilan. Obat kontrasepsi mempengaruhi pada 3 bagian proses reproduksi pria yaitu proses spermatogenesis, proses maturasi sperma, dan transportasi sperma, sedangkan pengaruh kontrasepsi pada proses reprodulsi wanita antara lain menghambat ovulasi, menghambat penetrasi sperma, menghambat fertilisasi dan menghambat implantasi. Obat kontrasepsi oral yang efektif dan paling banyak digunakan adalah dari golongan steroida. Hampir semua jenis obat tersebut merupakan hasil sintesis di laboratorium. Memang tidak semuanya dibuat secara sintesis total, tetapi paling tidak obat tersebut merupakan hasil dari parsial sintesis bahan alam. Akibatnya, sifat alami dari obat tersebut jika berubah drastis, sehingga mengakibatkan beberapa efek samping yang merugikan. Penggunaan jamu atau tumbuhan obat sebagai kontrasepsi telah lama dikenal dimasyarakat. Penggunaan kontasepsi tradisonal banyak ditemukan di pedesaan, yang tradisi masyarakatnya masih memegang teguh kebiasaan nenek moyang. Dari beberapa pustaka dan penelitian, tercatat ada 74 tanaman yang secara empiris digunakan oleh masyarakat di beberapa daerah untuk kontrasepsi. Tanaman-tanaman yang digunakan sebagai kontrasepsi tersebut mengandung  senyawa-senyawa yang bersifat antifertilitas, anti esterogenik dan antiimplantsi terhadap pria dan wanita.  Joshi et al. 2011 dalam (Adani, 2017) menyatakan bahwa zat tumbuhan alami memiliki sifat estrogenik yang cukup kuat sehingga berpeluang dijadikan kontrasepsi herbal yang aman digunakan. Dari penelitian terhadap tanaman-tanaman tersebut, ternyata banyak diantaranya mengandung alkaloid, flavonoid, steroid, tannin dan mimyak atsiri.

Penggunaan kontrasepsi yang berasal dari tanaman perlu diperhatikan pengaruhnya terhadap sistem reproduksi pria dan wanita. Ada beberapa tanaman yang dapat mengakibatkan kemandulan tetapi ada pula tanaman yang pengaruhnya terhadap sistem reproduksi bersifat sementara sehingga jika tidak digunakan lagi, sistem reproduksinya kembali normal dan tidak terjadi kemandulan.
Tanaman yang dapat digunakan sebagai kontrasepsi antara lain:
  1. Pare (Momordica charantia)

Tanaman pare mengandung senyawa golongan flavonoid yang dapat mengahambat enzim aromatase, yaitu enzim yang berfungsi mengkatalis konversi androgen menjadi estrogen yang akan meningkatkan hormon testosteron. Tingginya konsentrasi testosteron akan berefek umpan balik negatif ke hipofisis yaitu tidak melepaskan FSH dan LH sehingga akan menghambat spermatogenesis. Menurut Soehadi dan Santa dalam( Susetyarini, 2011) alkaloid steroid menyebabkan pelepasan FSH (Folicel Stimulating Hormone) yang dieksresi dari hipofisis anterior akan terganggu. FSH berperan sebagai mediator untuk mengikat androgen spermatogenesis, jika FSH terganggu maka spermatogenesis menjadi terhambat, serta kualitas spermatozoa menurun sehingga “fertilitas” akan menurun (Ghufron dan Herwiyanti, 1995 dalam Sustyarini, 2011).
Enzim tersebut juga mengkatalis perungahan testosterone ke estradiol sehingga mempengaruhi proses ovulasi. Ekstrak pare (khususnya biji) juga mengandung senyawa sitotosik seperti saponin, momordikosida triterpen, dan cucurbitacin yang dapat menurunkan kualitas dan jumlah sel sperma.
B. Daun Beluntas
Tanaman yang juga digunakan sebagai antifertilitas yaitu daun beluntas (Pluchea indica) yang berpengaruh pada kulitas spermatozoa. Pada penelitian Susetyarini (2005) Senyawa aktif daun beluntas berupa tanin, alkaloid, dan flavonoid berpengaruh terhadap spermatogenesis. Senyawa aktif flavonoid yang efektif dalam mempengaruhi jumlah sel spematogonia, sel spermatosit, sel sermatd, dan sel spermatozoa. Tannin dari daun beluntas segar dapat mempegaruhi kualitas spermatozoa (motilitas 5%), mortalitas (71%), abnormalitas (24.25 %), livibilitas (28.5%), dengan volume pemberian 0,8 ml (Wahyuni dan Susetyarini,2007).
Hasil penelitian Susetyarini (2013) mengenai “aktivitas tannin daun beluntas terhadap konsetrasi spermatozoa tikus putih jantan” bahwa tannin daun beluntas terbukti dapat menurunkan konsentrasi spermatozoa tikus putih jantan dengan waktu pemberian selama 60 hari dan dibiarkan selama 7 hari merupakan pemberian yang efektif. Konsetrasi spermatozoa tikus putih jantan dibiarkan selama 14 dan 21 hari akan kembali ke arah normal karena konsentrasi spermatozoa yang dihasilkan mendekati rata-rata konsentrasi tikus putih jantan yang tidak diberi perlakuan. Diduga senyawa tannin pada daun beluntas termasuk fitosteroid yang bersifat sebagai estrogen agonis dengan menstimulasi respon estrogen sehingga berpotensi menimbulkan gangguan, mengakibatkan rusaknya struktur membrane plasma mitokondria spermatozoa akibat proses oksidasi radikal bebas yang menyebabkan peningkatan peroksidasi lipid. Struktur internal mitokondria yang tidak sempurna sehingga mengakibatkan proses metabolisme spermatozoa terganggu (Astuti, 2009).

C. Kulit Kayu Durian

Batang kulit kayu durian berkhasiat melancarkan haid, selain obat pelancar haid air abu kulit durian juga dipakai sebagai obat penggugur (abortivum) (Rismunadar, 1986; Heyne 1987). Dalam penelitian Nurliani (2007) kulit kayu durian mengandung senyawa aktif alkaloid, flavonoid, saponin, triterpenoid, dan tannin, senyawa-senyawa tersebut berpotensi sebagai antifertilitas melalui efek hormonal dan efek sitotoksik. Kulit kayu durian tidak mengandung steroid. Alkaloid, terutama alkaloid steroid sangat mirip dengan saponin yang digunakan sebagai bahan dasar sintesis beberapa hormon untuk kontrasepsi oral (Robinson, 1991 dalam Nurliani, 2007)
D. Air Biji Pinang

Areca catechu merupakan tanaman famili Arecaceae yang berpotensi sebagai antikanker, memiliki efek antioksidan dan antimutagenik, astringent serta obat cacing. Biji pinang mengandung alkaloid, seperti Arekolin, (C8 H13 NO2), arekolidine, arekain, guvakolin, guvasine, san isoguvasine. Ekstrak etanolik biji pinangmengandung tannin terkondensasi, tanin terhidrolisis, flavan, dan senyawa fenolik, asam galat, getah, lignin, minyak menguap dan tidak menguap serta garam (Wang and Lee, 1996). Ekstrak etanolik biji pinang tersebut memperlihatkan aktivitas antioksidan dengan IC50 sebesar 45,4 ug/ml ( Lee and Choi, 1999).
Aktivitas antioksidan berkolerasi positif dengan pencegahan kanker. Ekstrak etanolik mengandung perubahan kromoosom (Wang and Lee, 1996). Berdasarkan data-data tersebut  biji pinang mengandung arecoline, yaitu senyawa alkaloid aktif. Selain arecoline, pinang juga mengandung arekaidin, arekain, guvacin, arekolidin, guvacolin, isoguvakolin, dan kolin. Arecoline akan menghambat siklus sel, sedangkan pada penelitian lain paparan arecoline justru menginduksi terjadinya apoptosis pada sel-sel jaringan testis. Paparan alkaloida-alkaloida yang terkandung dalam ekstrak biji pinang kemungkinan menyebabkan kerusakan DNA sel-sel jaringan testis. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sinha dan Rao (1985) bahwa arecoline sebagai alkaloid utama biji pinang dapat menyebabkan kerusakan DNA sel-sel germinal. Kerusakan DNA suatu sel menyebabkan sel menjadi stress dan memicu sel melakukan proses apoptosis.
Biji pinang mengandung arecoline, yaitu senyawa alkaloid aktif. Selain arecoline, pinang juga mengandung arekaidin, arekain, guvacin, arekolidin, guvacolin, isoguvakolin, dan kolin. Hasil penelitian Kiong et al (2006 dalam Aulaniam, 2007) menunjukan bahwa paparan arecolin secara invitro mampu menurunkan motilitas spermatozoa. Selain itu hasil penelitian Susila (2003) menunjukan terjadinya nekrosis pada sel spermatogonia, sel spermatosit, sel sertoli, dan sel leydig ayam jantan akibat paparan serbuk biji pinang.

Referensi

Adani, Farizan. M. 2017. Efek Antifertilitas Ekstrak Biji Pepaya (Carica papaya L.) dengan Pelarut Air terhadap Bobot Anak Mencit (Mus musculus). Buletin Anatomi dan Fisiologi Ejournal2. Undip. ac.id/index/baf/index.

Muslim Akmal dan Rosmaidar.2007. Efek antifertilitas Fraksi Air Biji Pinang (Areca catechu) Sebagai Agen Apoptosis Pada Sel-Sel Jaringan Rattus norvegicus. Media Kedokteran Hewan, Vl. 23, No 3.

Nurliani, Ani.2007. Penelusuran Pontensi Antifertilitas Kulit Kayu Durian (Durio zibethinus Murr) melalui Skrining Fitokimia. Sains dan Terapan Kimia, Vol. 1. No. 2 : 53-58.
Susetyarini. Eko.2013.Aktivitas Tanin Daun Beluntas terhadap Konsentrasi Spermazoa Tikus Putih Jantan. Jurnal Gamma. volum 8 nomor 2.



No comments:

Post a Comment