”Tanaman yang Digunakan Sebagai
Kontrasepsi Tradisional”
Kontrasepsi
merupakan suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan (Prawiroharjo dan
Sawono, 2006 dalam Adani, 2017). Kontrasepsi dapat dilakukan dengan menggunakan
alat atau obat-obatan. Macam–macam kontrasepsi alat yaitu kondom, IUD, atau
spiral. Macam-macam kontrasepsi
obat-obatan yaitu: kontrasepsi suntik dan pil kontrasepsi (Mochtar, 1996 dalam
Adani, 2017). Pengertian umum kontrasepsi adalah berbagai cara untuk mencegah
kehamilan. Obat kontrasepsi mempengaruhi pada 3 bagian proses reproduksi pria
yaitu proses spermatogenesis, proses maturasi sperma, dan transportasi sperma,
sedangkan pengaruh kontrasepsi pada proses reprodulsi wanita antara lain
menghambat ovulasi, menghambat penetrasi sperma, menghambat fertilisasi dan
menghambat implantasi. Obat kontrasepsi oral yang efektif dan paling banyak
digunakan adalah dari golongan steroida. Hampir semua jenis obat tersebut
merupakan hasil sintesis di laboratorium. Memang tidak semuanya dibuat secara
sintesis total, tetapi paling tidak obat tersebut merupakan hasil dari parsial
sintesis bahan alam. Akibatnya, sifat alami dari obat tersebut jika berubah
drastis, sehingga mengakibatkan beberapa efek samping yang merugikan. Penggunaan
jamu atau tumbuhan obat sebagai kontrasepsi telah lama dikenal dimasyarakat.
Penggunaan kontasepsi tradisonal banyak ditemukan di pedesaan, yang tradisi masyarakatnya
masih memegang teguh kebiasaan nenek moyang. Dari beberapa pustaka dan
penelitian, tercatat ada 74 tanaman yang secara empiris digunakan oleh
masyarakat di beberapa daerah untuk kontrasepsi. Tanaman-tanaman yang digunakan
sebagai kontrasepsi tersebut mengandung
senyawa-senyawa yang bersifat antifertilitas, anti esterogenik dan
antiimplantsi terhadap pria dan wanita.
Joshi et al. 2011 dalam (Adani, 2017) menyatakan bahwa zat tumbuhan
alami memiliki sifat estrogenik yang cukup kuat sehingga berpeluang dijadikan
kontrasepsi herbal yang aman digunakan. Dari penelitian terhadap tanaman-tanaman
tersebut, ternyata banyak diantaranya mengandung alkaloid, flavonoid, steroid,
tannin dan mimyak atsiri.
Penggunaan
kontrasepsi yang berasal dari tanaman perlu diperhatikan pengaruhnya terhadap
sistem reproduksi pria dan wanita. Ada beberapa tanaman yang dapat
mengakibatkan kemandulan tetapi ada pula tanaman yang pengaruhnya terhadap sistem
reproduksi bersifat sementara sehingga jika tidak digunakan lagi, sistem
reproduksinya kembali normal dan tidak terjadi kemandulan.
Tanaman yang dapat
digunakan sebagai kontrasepsi antara lain:
- Pare (Momordica charantia)
Tanaman
pare mengandung senyawa golongan flavonoid yang dapat mengahambat enzim
aromatase, yaitu enzim yang berfungsi mengkatalis konversi androgen menjadi
estrogen yang akan meningkatkan hormon testosteron. Tingginya konsentrasi
testosteron akan berefek umpan balik negatif ke hipofisis yaitu tidak
melepaskan FSH dan LH sehingga akan menghambat spermatogenesis. Menurut Soehadi
dan Santa dalam( Susetyarini, 2011) alkaloid steroid menyebabkan pelepasan FSH
(Folicel Stimulating Hormone) yang dieksresi dari hipofisis anterior akan
terganggu. FSH berperan sebagai mediator untuk mengikat androgen
spermatogenesis, jika FSH terganggu maka spermatogenesis menjadi terhambat, serta
kualitas spermatozoa menurun sehingga “fertilitas” akan menurun (Ghufron dan
Herwiyanti, 1995 dalam Sustyarini, 2011).
Enzim
tersebut juga mengkatalis perungahan testosterone ke estradiol sehingga
mempengaruhi proses ovulasi. Ekstrak pare (khususnya biji) juga mengandung
senyawa sitotosik seperti saponin, momordikosida triterpen, dan cucurbitacin
yang dapat menurunkan kualitas dan jumlah sel sperma.
B. Daun Beluntas
Tanaman
yang juga digunakan sebagai antifertilitas yaitu daun beluntas (Pluchea indica) yang berpengaruh pada
kulitas spermatozoa. Pada penelitian Susetyarini (2005) Senyawa aktif daun
beluntas berupa tanin, alkaloid, dan flavonoid berpengaruh terhadap
spermatogenesis. Senyawa aktif flavonoid yang efektif dalam mempengaruhi jumlah
sel spematogonia, sel spermatosit, sel sermatd, dan sel spermatozoa. Tannin
dari daun beluntas segar dapat mempegaruhi kualitas spermatozoa (motilitas 5%),
mortalitas (71%), abnormalitas (24.25 %), livibilitas (28.5%), dengan volume
pemberian 0,8 ml (Wahyuni dan Susetyarini,2007).
Hasil
penelitian Susetyarini (2013) mengenai “aktivitas tannin daun beluntas terhadap
konsetrasi spermatozoa tikus putih jantan” bahwa tannin daun beluntas terbukti
dapat menurunkan konsentrasi spermatozoa tikus putih jantan dengan waktu
pemberian selama 60 hari dan dibiarkan selama 7 hari merupakan pemberian yang
efektif. Konsetrasi spermatozoa tikus putih jantan dibiarkan selama 14 dan 21
hari akan kembali ke arah normal karena konsentrasi spermatozoa yang dihasilkan
mendekati rata-rata konsentrasi tikus putih jantan yang tidak diberi perlakuan.
Diduga senyawa tannin pada daun beluntas termasuk fitosteroid yang bersifat
sebagai estrogen agonis dengan menstimulasi respon estrogen sehingga berpotensi
menimbulkan gangguan, mengakibatkan rusaknya struktur membrane plasma
mitokondria spermatozoa akibat proses oksidasi radikal bebas yang menyebabkan
peningkatan peroksidasi lipid. Struktur internal mitokondria yang tidak
sempurna sehingga mengakibatkan proses metabolisme spermatozoa terganggu (Astuti,
2009).
C. Kulit Kayu Durian
Batang
kulit kayu durian berkhasiat melancarkan haid, selain obat pelancar haid air
abu kulit durian juga dipakai sebagai obat penggugur (abortivum) (Rismunadar,
1986; Heyne 1987). Dalam penelitian Nurliani (2007) kulit kayu durian
mengandung senyawa aktif alkaloid, flavonoid, saponin, triterpenoid, dan
tannin, senyawa-senyawa tersebut berpotensi sebagai antifertilitas melalui efek
hormonal dan efek sitotoksik. Kulit kayu durian tidak mengandung steroid.
Alkaloid, terutama alkaloid steroid sangat mirip dengan saponin yang digunakan
sebagai bahan dasar sintesis beberapa hormon untuk kontrasepsi oral (Robinson,
1991 dalam Nurliani, 2007)
D. Air Biji Pinang
Areca
catechu merupakan tanaman famili Arecaceae yang berpotensi sebagai antikanker,
memiliki efek antioksidan dan antimutagenik, astringent serta obat cacing. Biji
pinang mengandung alkaloid, seperti Arekolin, (C8 H13 NO2), arekolidine,
arekain, guvakolin, guvasine, san isoguvasine. Ekstrak etanolik biji
pinangmengandung tannin terkondensasi, tanin terhidrolisis, flavan, dan senyawa
fenolik, asam galat, getah, lignin, minyak menguap dan tidak menguap serta
garam (Wang and Lee, 1996). Ekstrak etanolik biji pinang tersebut
memperlihatkan aktivitas antioksidan dengan IC50 sebesar 45,4 ug/ml ( Lee and
Choi, 1999).
Aktivitas
antioksidan berkolerasi positif dengan pencegahan kanker. Ekstrak etanolik
mengandung perubahan kromoosom (Wang and Lee, 1996). Berdasarkan data-data
tersebut biji pinang mengandung
arecoline, yaitu senyawa alkaloid aktif. Selain arecoline, pinang juga
mengandung arekaidin, arekain, guvacin, arekolidin, guvacolin, isoguvakolin,
dan kolin. Arecoline akan menghambat siklus sel, sedangkan pada penelitian lain
paparan arecoline justru menginduksi terjadinya apoptosis pada sel-sel jaringan
testis. Paparan alkaloida-alkaloida yang terkandung dalam ekstrak biji pinang
kemungkinan menyebabkan kerusakan DNA sel-sel jaringan testis. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Sinha dan Rao (1985) bahwa arecoline sebagai alkaloid
utama biji pinang dapat menyebabkan kerusakan DNA sel-sel germinal. Kerusakan
DNA suatu sel menyebabkan sel menjadi stress dan memicu sel melakukan proses
apoptosis.
Biji
pinang mengandung arecoline, yaitu senyawa alkaloid aktif. Selain arecoline,
pinang juga mengandung arekaidin, arekain, guvacin, arekolidin, guvacolin,
isoguvakolin, dan kolin. Hasil penelitian Kiong et al (2006 dalam Aulaniam,
2007) menunjukan bahwa paparan arecolin secara invitro mampu menurunkan
motilitas spermatozoa. Selain itu hasil penelitian Susila (2003) menunjukan
terjadinya nekrosis pada sel spermatogonia, sel spermatosit, sel sertoli, dan
sel leydig ayam jantan akibat paparan serbuk biji pinang.
Referensi
Adani, Farizan. M.
2017. Efek Antifertilitas Ekstrak Biji Pepaya (Carica papaya L.) dengan Pelarut
Air terhadap Bobot Anak Mencit (Mus
musculus). Buletin Anatomi dan Fisiologi Ejournal2. Undip.
ac.id/index/baf/index.
Muslim Akmal dan Rosmaidar.2007.
Efek antifertilitas Fraksi Air Biji Pinang (Areca catechu) Sebagai Agen
Apoptosis Pada Sel-Sel Jaringan Rattus
norvegicus. Media Kedokteran Hewan, Vl. 23, No 3.
Nurliani, Ani.2007.
Penelusuran Pontensi Antifertilitas Kulit Kayu Durian (Durio zibethinus Murr) melalui Skrining Fitokimia. Sains dan
Terapan Kimia, Vol. 1. No. 2 : 53-58.
Susetyarini.
Eko.2013.Aktivitas Tanin Daun Beluntas terhadap Konsentrasi Spermazoa Tikus
Putih Jantan. Jurnal Gamma. volum 8 nomor 2.
No comments:
Post a Comment