Friday, July 20, 2018


Potensi Biji Buah Kalangkala
Endemik Kalimantan



Kalangkala (Litsea angulata) merupakan salah satu spesies dari Genus Litsea yang termasuk ke dalam family Lauraceae. Kalangkala dapat hidup di daerah tropis dan subtropics.

Kalangkala memang buah hutan yang kerap menjadi santapan burung enggang, monyet, musang dan lainnya, namun oleh masyarakat Kalimantan dijadikan sayur yang disajikan bersama nasi. Sebagai hidangan pelengkap, kalangkala tentu memiliki cita rasa tersendiri bagi penikmatnya.

Cara mengolahnya sangat mudah. Kalangkala dicuci hingga bersih. Kemudian cukup merendamnya dengan air hangat (80 derajat celcius) dan taburi sedikit garam. Rendam minimal selama satu jam sebelum dihidangkan. Warna daging yang tadinya hijau akan berubah merah muda saat matang. Dengan demikian kalangkala sudah bisa dinikmati.

Buah khas Kalimantan ini, ternyata memiliki khasiat yang belum banyak diketahui oleh khalayak umum.



Pertama, sebagian masyarakat Kalimantan menggunakan biji buah kalangkala secara tradisional sebagai obat bisul.










Bisul terjadi akibat adanya aktivitas bakteri. Sebagaimana disebutkan dalam penelitian Mustikasari dan Aryiani (2010), dalam ekstrak biji buah kalangkala mengandung senyawa metabolit sekunder golongan alkaloid dan tanin. Senyawa alkaloid ternyata aktif sebagai antibakteri, sehingga efektif untuk menyembuhkan penyakit bisul.

Kedua, senyawa alkaloid dan tanin pada biji buah kalangkala juga dapat berperan sebagai agen antifertilitas, khususnya sebagai spermisida.
Senyawa aktif biji buah kalangkala menimbulkan pengaruh yang berarti dalam menurunkan kualitas spermatozoa, terutama untuk parameter motilitas dan kecepatan gerak spermatozoa.


Dengan demikian diharapkan biji buah kalangkala dapat menjadi salah satu alternative bahan baku kontrasepsi yang sehingga aman bagi kesehatan




Monday, July 9, 2018



"PENGARUH EKSTRAK TANAMAN TERHADAP PENYAKIT ASAM URAT"



Asam urat sering dialami masyarakat saat ini, dan banyak diderita oleh kelompok usia produktif yaitu usia 30-50 tahun, hal ini dapat menurunkan produktivitas kerja. Pada kondisi patofisiologis terjadi peningkatan kadar asma urat dalam darah melewati batas normal yang disebut hiperurisemia. Pada hiperurisimia terjadi akumulasi kristal asam urat pada persendian sehingga menimbulkan rasa sakit atau nyeri yang dikenal dengan istilah penyakit gout.




Asam urat merupakan produk akhir yang terbentuk dari senyawa purin (adenine, guanine), dihasilkan dalam jaringan yang mengandung enzim xantin oksidase terutama di hati dan usus halus. Dalam keadaan normal, asam urat dapat dikeluarkan melalui ginjal. Tetapi apabila sintesis asam urat terlalu banyak atau ekskresinya melalui ginjal terlalu sedikit, maka kadar nya dalam darah akan meningkat, kristal-kristal urat yang sukar larut dala semua cairan tubuh, mengendap di sendi-sendi dan jaringan dan menimbulkan peradangan. Endapan kristal urat juga dapat terjadi pada ginjl dan lambat laun akan merusak organ tersebut. Nilai normal asam urat 2,4-5,7 mg/dL pada wanita dan 3,5-7,0 mg/dL pada pria


Kadar asam urat yang tinggi seperti pada penderita hiperurisemia dapat menyebabkan kerusakan pada membran sel seperti hepar dan ginjal akibat reaksi berantai peroksidase lipid. Makanan yang mengandung purin tinggi, akan mengaktivasi enzim xanthine normal. Asam urat merupakan senyawa kima hasil akhir dari metabolisme asam nukleat atau metabolisme purin dalam tubuh. Berdasarkan penyelidikan bahwa 90% dari asam urat merupakan hasil katabolisme purin yang dibantu oleh enzim guananse dan xanthine oksidase
Berikut ini beberapa tanaman yang dapat mengatasi penyakit asam urat, diantaranya:


1.  Daun teh hijau

Daun teh hijau mengandung gugus  flavanoid dari polifenol. Salah satu senyawa aktif teh hijau adalah catechin. Senyawa ini bersifat sebagai antioksidan. Fungsi antioksidan adalah sebagai peredam yang dapat menetralisir radikal bebas yang masuk dalam tubuh serta menghentikan reaksi berantai peroksidasi dari lipid.
Selain itu teh hijau juga dapat berfungsi sebagai antiinflamasi (Wolfram, 2007 dalam Hamzah, 2014). Diharapkan dengan pemberian catechin dari ekstrak teh hijau dapat menurunkan kadar asam urat, CRP dan MDA plasma.

2.  Herba seledri (Apium graveolens L.)


Seledri (Apium graveolens L) merupakan tanaman suku Umbeliferae yang mempunyai khasiat sebagai obat. Komponen metabolit sekunder yang berhasil diisolasi dari seledri di antaranya apiin, apigenin. Herba seledri sering digunakan sebagai obat peluruh keringat, penurun demam, rematik, sukar tidur, darah tinggi, asam urat, dan memperbaiki fungsi darah yang terganggu, selain itu juga dapat berfungsi sebagai antiinflamasi (Fazal, 2012 dalam Juwita, 2014). Apigenin merupakan salah satu senyawa yang terdapat dalam seledri dan dapat digunakan sebagai obat asam urat (Duke, 2001 dalam Juwita, 2014).

3. Rambut jagung (Zea mays L.)




Menurut ahli tanaman obat Dr.Setiawan Dalimartha sebagian besar masyarakat Indonesia sudah memanfaatkan air rebusan rambut jagung sebagai obat tradisional penurun kadar asam urat darah. Penggunaan rambut jagung di Indonesia juga bermanfaat dalam pengobatan berbagai penyakit seperti hipertensi, batu ginjal, radang ginjal, diabetes mellitus, hepatitis, infeksi saluran kemih, dan batu kandung empedu (Nursewian, 2012 dalam Hamzah, 2014).
Selain rambut jagung, tanaman lain yang digunakan sebagai mengatasi asam urat secara tradisional adalah mahkota dewa, seledri, salam, sidaguri, dan lain-lain

Ekstak etanol rambut jagung terbukti positif mengandung flavonoid, alkaloid, fenol, steroid, glikosida, karbohidrat dan tanin yang secara tradisional juga digunakan sebagai terapi diuretik, pengobatan sistitis, urikosurik, gout, batu ginjal, nefritis dan prostat (Bhaigyabati et al., 2011 dalam Hamzah, 2014).
Herbal rambut jagung pada gout berkhasiat sebagai antiradang, menghilangkan nyeri, meningkatkan kinerja ginjal dalam pembuangan asam urat, peluruh kemih, dan mencegah terjadinya komplikasi pada ginjal dan organ tubuh lainnya (Wijayakusuma H, 2011 dalam Hamzah, 2014).



Referensi


Hamzah Lovira, Helmi Arifin, Asram Ahmadi. 2014. Pengaruh Ekstrak Etanol Rambut Jagung (Zea Mays L.) Terhadap Kadar Asam Urat Darah Mencit Putih Jantan Hiperurisemia. Fakultas Farmasi Universitas Andalas, Kampus Unand Limau Manis Padang. Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014. (Online). (http://semnasffua.com/pub/2014/PROSIDING%202014_p282-293.pdf). (Diakses tanggal 7 Desember 2017)

Juwita Dian Ayu, Popy Handayani. 2014. Pegaruh Fraksi Air herba Seledri (Apium graveolens L.) Terhadap Kadar Asam Urat Mencit Putih Jantan Hiperurisemia. Fakultas Farmasi Universitas Andalas, Kampus Unand Limau Manis Padang. Prosiding Seminar Nasionla dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasu dan Klinik IV” tahun 2014. (Online). (http://etheses.uin-malang.ac.id/4471/1/03520066.pdf). (Diakses tanggal 7 Desember 2017)

Pribadi Fajar Wahyu, Dwi Arini Ernawati. 2010. Efek Catechin Terhadap Kadar Asam Urat, C-Reactive Protein (CRP) dan Malondialdehid Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Hiperurisemia. Mandala Of Health. Volume 4, Nomor 1

Sunday, July 8, 2018

LAPORAN


LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI DAN EMBRIOLOGI HEWAN

PENGAMATAN TERHADAP PERKEMBANGAN EMBRIO AYAM






DISUSUN OLEH:

NAMA                      : LITA

NIM                           : F1071161030

KELOMPOK            : 2

KELAS                     : III-A





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2018



  1. TUJUAN
  1. Mengamati tahapan perkembangan embrio ayam pada berbagai umur
  2. Menggambarkan dan memberi keterangan berdasarkan pengamatan

  1. DASAR TEORI
    Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio. Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan atau fertilisasi. Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di tingkat sel. Sel pada embriogenesis disebut sebagai sel embriogenik. Secara um um sel embriogenik tumbuh dan berkembang melalui beberapa fase, antara lain sel tunggal (yang telah dibuahi), blastomer blastula, gastrula, neuruladan embrio atau janin (Campbell, 1987).

Embrio adalah sebuah eukariota dipoid multisel dalam tahap paling awal dari perkembangan. Dalam organisme yang berkembang biak secara seksual, ketika satu sel sperma membuahi ovum, hasilnya adalah satu sel yang disebut dengan zigot yang memiliki seluruh DNA dari kedua orang tuanya. Dalam tumbuhan, hewan, dan beberapa Protista, zigot akan mulai membelah oleh mitosis untuk menghasilkan organisme multiseluler. Hasil dari proses ini disebut embrio (Susilo, 1993).

Aves merupakan salah satu hewan amniota karena janinnya mempunyai selaput embrional yang dinamakan amnion. Tipe telur aves adalah telolecithal, tetapi karena detoplasmanya banyak sekali maka dinamakan megalecithal. Bagian yang aktif pada pembelahan sel telur adalah keeping lembanganya (blastodisc). Pembelahan sudah dimulai sewaktu telur melalui oviduk, di oviduk inilah telur mendapat albumen dan selaput-selaput lainnya. Albumen kental yang berputar karena telur waktu melalui oviduk jalannya berputar-putar sehinga albumennya turut berputar-putar, ini disebut sebagai chalaza yang berfungsi untuk menjaga agar sel telur tetap terletak sentral di dalam albumen dan keping lembanganya selalu menghadap ke atas. Cangkang kapur didapat pada bagian posterior dari oviduk, dan rongga udara di antara selaput cangkang telur mula-mula sempit sekali, tetapi selama pertumbuhan embrio rongga tersebut makin tambah besar (Mirzadeh, 2010).

Pada hari pertama tampak ada rongga segmentasi yang berada di bawah area pelusida, terdapat cincin yang berwarna lebih gelap dari sekitarnya. Hari ke dua jalur pertama pada pusat blastoderm mulai muncul, membran vitelum mulai muncul yang merupakan organ yang berperan dalam penutrisi makanan embrio. Hari ketiga embrio telah berada disisi kiri dan mulai muncul system peredaran darah, struktur jantung sudah mulai tampak berdenyut.

Pada hari ke dua puluh, kantung kuning telur sudah masuk seluruhnya ke dalam rongga perut, pada hari ke dua puluh satu ini terjadi serangkaian proses penetasan yang dimulai dengan kerabang mulai terbuka. Pada saat ini kelembaban sangat penting agar pengeringan selaput kerabang dan penempelan perut pada kerabang dapat dicegah. (Tienwati, 2001).
B. METODOLOGI

  1. Waktu dan Tempat
    Hari / Tanggal    : Selasa, 3 April 2018
    Waktu                : 07 : 30 – 09 : 30 wib         
    Tempat               : Laboratorium Pendidikan Biologi
                                 Universitas Tanjungpura
  2. Alat dan Bahan  

  1. Alat              : 1. Inkubator
                           2. Cawan petri
                           3. Gunting
                           4. Pinset
                           5. Gelas objek
                           6. Mikroskop
  2. Bahan          :  1. Telur ayam kampung
                           2. NaCl fisiologis 0,9%
                           3. Kertas saring
   3. Cara Kerja
  1. Dipilih telur ayam kampung yang telah diinkubasi selama 24 jam, 48 jam dan 72 jam
  2. Dipecahkan cangkang telur yang telah diinkubasi selama 24 jam dan dituangkan ke dalam cawan petri yang telah diberi NaCl fisiologis 0,9%.
  3. Dibuat lubang pada kertas saring dengan menggunakan gunting, lubang pada kertas saring disesuaikan dengan besar embrio ayam yang akan diamati
  4. Diletakkan kertas saring di atas bakal embrio sehingga hanya bakal embrio yang tampak pada lubang kertas saring tersebut.
  5. Diangkat kertas saring dengan menggunakan pinset sehingga embrio yang telah dibersihkan ikut bersama kertas saring
  6. Dipindahkan embrio ke atas gelas objek dan diletakkan di bawah mikroskop, kemudian diamati dan digambar bagian-bagiannya
  7. Dilakukan perlakuan yang sama untuk telur dengan masa inkubasi 48 jam dan 72 jam

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


  1. Hasil Pengamatan
Penampakan telur dan Pengamatan mikroskopis
Gambar literatur
a.       Hasil 24 jam







Sumber : Arsyad.2014.Perkembangan Embrio Ayam. (online)  (http://googlewebligt.com/i?u=http://adzhar-arsyad.blogspot.com.
b.      Hasil 48 jam






Sumber: Arsyad.2014.Perkembangan Embrio Ayam. (online)  (http://googlewebligt.com/i?u=http://adzhar-arsyad.blogspot.com.
c.       Hasil 72 jam








Sumber: Arsyad.2014.Perkembangan Embrio Ayam. (online)  (http://googlewebligt.com/i?u=http://adzhar-arsyad.blogspot.com.


   2.  Pembahasan
        Pada praktikum kali ini kami mengamati perkembangan embrio ayam. Objek yang diamati pada praktikum ini yaitu embrio ayam umur 24 sampai 72 jam.  Percobaan pembuatan sediaan wholemount (sediaan embrio ayam) memerlukan telur ayam yang fertil ayam kampung (Gallus domesticus), yang telah diinkubasi atau dierami selama satu sampai tiga hari, hal ini dilakukan karena pada periode tersebut terbentuk tiga lapisan, primer pada embrio yaitu ectoderm, mesoderm dan endoderm.
        Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil pengamatan, embrio ayam pada umur inkubasi 24 jam belum terlihat jelas dengan struktur yang masih sangat sederhana. Menurut Djuhanda (1981), perkembangan embrio ayam umur 24 jam terbentuk bagian-bagian yang masih sederhana. Struktur embrio telah terbentuk yaitu stria primitive, mesoderm, proamnion, mesenkim, pulau-pulau darah, somit, usus depan, notokord, lipatan neural dan vesikula amnio-kardiak. Mesoderm telah membentuk 4-5 pasang somit yang keduanya di kiri-kanan notokord dibagian tengah embrio. Lipatan neural telah mendekat satu sama lain. Persatuan lipatan neural pertama-tama terjadi di muka somit-somit pertama.
        Permulan pembentukan daerah embrio yaitu dengan terbentuknya keeping neural. Dari keeping ini terjadi lipatan neural. Dalam hal ini lapisan anterior dari keping neural membentuk suatu peninggian dan tumbuh ke muka di atas ektoderm. Kemudian lipatan kepala yang kelak berdiferensiasi menjadi kepala. Di antara lipatan kepala dan ectoderm, di bawahnya terjadi suatu struktur yang mempunyai kantong yang disebut kantong subsefalik (Yatim, 1983).
        Embrio ayam yang diinkubasi 48 jam terdapat bagian amnion, prosencephalon, terlihat struktur otak bagian rhombencephalon berkembang menjadi metecenphalon dan myelencephalon. Menurut Djuhanda (1981), embrio ayam yang diinkubasi 48 jam memiliki otak dan sumsum tulang belakang yang paling terkemuka dari semua organ. Otak ini terbagi menjadi tiga bagian yang akan mengalami diferensiasi. Vesikula optik pada dasarnya menyempit dan memanjang sehingga terbentuklah tangkai optik yang tumbuh dari arah lateral ke arah ectoderm.

        Hasil pengamatan embrio ayam yang diinkubasi 72 jam yang diamati dibawah mikroskop sudah terlihat garis-garis warna merah yang merupakan petunjuk mulainya sistem peredaran darah. Menurut Djuhanda (1981), embrio ayam yang diinkubasi 72 jam telah melakukan torsi pada seluruh panjang tubuhnya. Pada kedua sisi embrio ayam terbentuk dua selubung yang menadakan adanya pembentukan kaki. Perkembangan selanjutnya yaitu pembentukan tunas kaki yang semakin jelas. Penempatan yang tepat dari tunas kaki ini akan menyebabkan diferensiasi pada beberapa sel tunas kaki menjadi tulang rawan, sel lain menjadi otot, pembentukan tunas kaki depan menjadi sayap dan tunas kaki belakang menjadi kaki. Pencerminan perkembangan dari struktur di bagian tubuh yang berlawanan ini seluruhnya terpusat pada regulasi morfogenesis dan diferensiasi dalam perkembangan embrio.
         Jika telur ayam menetas pada hari ke 20-21 maka telur menetas pada waktu yang sesuai, berarti suhu yang digunakan pas dan sesuai apabila terlalu cepat menetas contoh menetas pada hari 18-19 berarti suhunya terlalu tinggi dan lebih baik diturunkan. Kalau telur ayam terlambat menetas contoh menetas pada hari ke 23 maka suhunya terlalu rendah dan kondisi suhu perlu dinaikkan, untuk  mengatur suhu yang tepat maka bias dilakukan dengan cara menaikkan atau menurunkan suhu per 0,5 derajat, apabila masih kurang memuaskan bias menyetelnya lagi. Apabila sudah mentok seperti suhu terendah 37 dan tertinggi 39 derajat celcius tapi daya tetasnya masih rendah mungkin ini berasal dari kelembaban yang kurang pas atau bias dari kualitas telur yang kurang bagus.

          Pada percobaan ini telur diberi NaCl. NaCl 0,9% berfungsi untuk mengoptimalkan suhu embrio agar suhunya tetap sama pada saat ketika embrio berada dalam cangkangnya.



  1. KESIMPULAN
  1. Kesimpulan
    1. Struktur embrio ayam yang terlihat pada umur inkubasi 24 jam memiliki struktur tertentu yang masih sederhana
    2. Embrio ayam yang diinkubasi 48 jam terdapat bagian amnion, prosencephalon, terlihat struktur otak bagian rhombencephalon berkembang menjadi metecenphalon dan myelencephalon.
    3. Embrio ayam yang diinkubasi 72 jam yang diamati sudah terlihat garis-garis warna merah yang merupakan petunjuk mulainya sistem peredaran darah.
    4. Suhu penetasan telur ayam yang ideal berkisar dari 37 sampai 39 derajat celcius.
    5. NaCl 0,9% berfungsi untuk mengoptimalkan suhu embrio agar suhunya tetap sama pada saat ketika embrio berada dalam cangkangnya.

Referensi

Adnan. 2008. Perkembangan Hewan. Makassar: Biologi FMIPA URM

Djuhanda, T.1981. Embriologi Perbandingan. Bandung : Armico

Hardi, Susilo.1993.Struktur dan Perkembangan Hewan. Yogyakarta : Fakultas Biologi UGM

Mirzadeh, Z F. Doetsch, K. Sawamoto, H. Wichterle, and A, A Bullya.2010. The Subventricular Zone En-Face: Wholemount Staining and Ependymal Flow. Journal of Visualized Experiments. 7 (1): 34-46.

Tienwati.2001. Biologi Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Yatim, W.1983. Embriologi. Bandung: Tarsito

Saturday, July 7, 2018

”Tanaman yang Digunakan Sebagai Kontrasepsi Tradisional”



Kontrasepsi merupakan suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan (Prawiroharjo dan Sawono, 2006 dalam Adani, 2017). Kontrasepsi dapat dilakukan dengan menggunakan alat atau obat-obatan. Macam–macam kontrasepsi alat yaitu kondom, IUD, atau spiral.  Macam-macam kontrasepsi obat-obatan yaitu: kontrasepsi suntik dan pil kontrasepsi (Mochtar, 1996 dalam Adani, 2017). Pengertian umum kontrasepsi adalah berbagai cara untuk mencegah kehamilan. Obat kontrasepsi mempengaruhi pada 3 bagian proses reproduksi pria yaitu proses spermatogenesis, proses maturasi sperma, dan transportasi sperma, sedangkan pengaruh kontrasepsi pada proses reprodulsi wanita antara lain menghambat ovulasi, menghambat penetrasi sperma, menghambat fertilisasi dan menghambat implantasi. Obat kontrasepsi oral yang efektif dan paling banyak digunakan adalah dari golongan steroida. Hampir semua jenis obat tersebut merupakan hasil sintesis di laboratorium. Memang tidak semuanya dibuat secara sintesis total, tetapi paling tidak obat tersebut merupakan hasil dari parsial sintesis bahan alam. Akibatnya, sifat alami dari obat tersebut jika berubah drastis, sehingga mengakibatkan beberapa efek samping yang merugikan. Penggunaan jamu atau tumbuhan obat sebagai kontrasepsi telah lama dikenal dimasyarakat. Penggunaan kontasepsi tradisonal banyak ditemukan di pedesaan, yang tradisi masyarakatnya masih memegang teguh kebiasaan nenek moyang. Dari beberapa pustaka dan penelitian, tercatat ada 74 tanaman yang secara empiris digunakan oleh masyarakat di beberapa daerah untuk kontrasepsi. Tanaman-tanaman yang digunakan sebagai kontrasepsi tersebut mengandung  senyawa-senyawa yang bersifat antifertilitas, anti esterogenik dan antiimplantsi terhadap pria dan wanita.  Joshi et al. 2011 dalam (Adani, 2017) menyatakan bahwa zat tumbuhan alami memiliki sifat estrogenik yang cukup kuat sehingga berpeluang dijadikan kontrasepsi herbal yang aman digunakan. Dari penelitian terhadap tanaman-tanaman tersebut, ternyata banyak diantaranya mengandung alkaloid, flavonoid, steroid, tannin dan mimyak atsiri.

Penggunaan kontrasepsi yang berasal dari tanaman perlu diperhatikan pengaruhnya terhadap sistem reproduksi pria dan wanita. Ada beberapa tanaman yang dapat mengakibatkan kemandulan tetapi ada pula tanaman yang pengaruhnya terhadap sistem reproduksi bersifat sementara sehingga jika tidak digunakan lagi, sistem reproduksinya kembali normal dan tidak terjadi kemandulan.
Tanaman yang dapat digunakan sebagai kontrasepsi antara lain:
  1. Pare (Momordica charantia)

Tanaman pare mengandung senyawa golongan flavonoid yang dapat mengahambat enzim aromatase, yaitu enzim yang berfungsi mengkatalis konversi androgen menjadi estrogen yang akan meningkatkan hormon testosteron. Tingginya konsentrasi testosteron akan berefek umpan balik negatif ke hipofisis yaitu tidak melepaskan FSH dan LH sehingga akan menghambat spermatogenesis. Menurut Soehadi dan Santa dalam( Susetyarini, 2011) alkaloid steroid menyebabkan pelepasan FSH (Folicel Stimulating Hormone) yang dieksresi dari hipofisis anterior akan terganggu. FSH berperan sebagai mediator untuk mengikat androgen spermatogenesis, jika FSH terganggu maka spermatogenesis menjadi terhambat, serta kualitas spermatozoa menurun sehingga “fertilitas” akan menurun (Ghufron dan Herwiyanti, 1995 dalam Sustyarini, 2011).
Enzim tersebut juga mengkatalis perungahan testosterone ke estradiol sehingga mempengaruhi proses ovulasi. Ekstrak pare (khususnya biji) juga mengandung senyawa sitotosik seperti saponin, momordikosida triterpen, dan cucurbitacin yang dapat menurunkan kualitas dan jumlah sel sperma.
B. Daun Beluntas
Tanaman yang juga digunakan sebagai antifertilitas yaitu daun beluntas (Pluchea indica) yang berpengaruh pada kulitas spermatozoa. Pada penelitian Susetyarini (2005) Senyawa aktif daun beluntas berupa tanin, alkaloid, dan flavonoid berpengaruh terhadap spermatogenesis. Senyawa aktif flavonoid yang efektif dalam mempengaruhi jumlah sel spematogonia, sel spermatosit, sel sermatd, dan sel spermatozoa. Tannin dari daun beluntas segar dapat mempegaruhi kualitas spermatozoa (motilitas 5%), mortalitas (71%), abnormalitas (24.25 %), livibilitas (28.5%), dengan volume pemberian 0,8 ml (Wahyuni dan Susetyarini,2007).
Hasil penelitian Susetyarini (2013) mengenai “aktivitas tannin daun beluntas terhadap konsetrasi spermatozoa tikus putih jantan” bahwa tannin daun beluntas terbukti dapat menurunkan konsentrasi spermatozoa tikus putih jantan dengan waktu pemberian selama 60 hari dan dibiarkan selama 7 hari merupakan pemberian yang efektif. Konsetrasi spermatozoa tikus putih jantan dibiarkan selama 14 dan 21 hari akan kembali ke arah normal karena konsentrasi spermatozoa yang dihasilkan mendekati rata-rata konsentrasi tikus putih jantan yang tidak diberi perlakuan. Diduga senyawa tannin pada daun beluntas termasuk fitosteroid yang bersifat sebagai estrogen agonis dengan menstimulasi respon estrogen sehingga berpotensi menimbulkan gangguan, mengakibatkan rusaknya struktur membrane plasma mitokondria spermatozoa akibat proses oksidasi radikal bebas yang menyebabkan peningkatan peroksidasi lipid. Struktur internal mitokondria yang tidak sempurna sehingga mengakibatkan proses metabolisme spermatozoa terganggu (Astuti, 2009).

C. Kulit Kayu Durian

Batang kulit kayu durian berkhasiat melancarkan haid, selain obat pelancar haid air abu kulit durian juga dipakai sebagai obat penggugur (abortivum) (Rismunadar, 1986; Heyne 1987). Dalam penelitian Nurliani (2007) kulit kayu durian mengandung senyawa aktif alkaloid, flavonoid, saponin, triterpenoid, dan tannin, senyawa-senyawa tersebut berpotensi sebagai antifertilitas melalui efek hormonal dan efek sitotoksik. Kulit kayu durian tidak mengandung steroid. Alkaloid, terutama alkaloid steroid sangat mirip dengan saponin yang digunakan sebagai bahan dasar sintesis beberapa hormon untuk kontrasepsi oral (Robinson, 1991 dalam Nurliani, 2007)
D. Air Biji Pinang

Areca catechu merupakan tanaman famili Arecaceae yang berpotensi sebagai antikanker, memiliki efek antioksidan dan antimutagenik, astringent serta obat cacing. Biji pinang mengandung alkaloid, seperti Arekolin, (C8 H13 NO2), arekolidine, arekain, guvakolin, guvasine, san isoguvasine. Ekstrak etanolik biji pinangmengandung tannin terkondensasi, tanin terhidrolisis, flavan, dan senyawa fenolik, asam galat, getah, lignin, minyak menguap dan tidak menguap serta garam (Wang and Lee, 1996). Ekstrak etanolik biji pinang tersebut memperlihatkan aktivitas antioksidan dengan IC50 sebesar 45,4 ug/ml ( Lee and Choi, 1999).
Aktivitas antioksidan berkolerasi positif dengan pencegahan kanker. Ekstrak etanolik mengandung perubahan kromoosom (Wang and Lee, 1996). Berdasarkan data-data tersebut  biji pinang mengandung arecoline, yaitu senyawa alkaloid aktif. Selain arecoline, pinang juga mengandung arekaidin, arekain, guvacin, arekolidin, guvacolin, isoguvakolin, dan kolin. Arecoline akan menghambat siklus sel, sedangkan pada penelitian lain paparan arecoline justru menginduksi terjadinya apoptosis pada sel-sel jaringan testis. Paparan alkaloida-alkaloida yang terkandung dalam ekstrak biji pinang kemungkinan menyebabkan kerusakan DNA sel-sel jaringan testis. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sinha dan Rao (1985) bahwa arecoline sebagai alkaloid utama biji pinang dapat menyebabkan kerusakan DNA sel-sel germinal. Kerusakan DNA suatu sel menyebabkan sel menjadi stress dan memicu sel melakukan proses apoptosis.
Biji pinang mengandung arecoline, yaitu senyawa alkaloid aktif. Selain arecoline, pinang juga mengandung arekaidin, arekain, guvacin, arekolidin, guvacolin, isoguvakolin, dan kolin. Hasil penelitian Kiong et al (2006 dalam Aulaniam, 2007) menunjukan bahwa paparan arecolin secara invitro mampu menurunkan motilitas spermatozoa. Selain itu hasil penelitian Susila (2003) menunjukan terjadinya nekrosis pada sel spermatogonia, sel spermatosit, sel sertoli, dan sel leydig ayam jantan akibat paparan serbuk biji pinang.

Referensi

Adani, Farizan. M. 2017. Efek Antifertilitas Ekstrak Biji Pepaya (Carica papaya L.) dengan Pelarut Air terhadap Bobot Anak Mencit (Mus musculus). Buletin Anatomi dan Fisiologi Ejournal2. Undip. ac.id/index/baf/index.

Muslim Akmal dan Rosmaidar.2007. Efek antifertilitas Fraksi Air Biji Pinang (Areca catechu) Sebagai Agen Apoptosis Pada Sel-Sel Jaringan Rattus norvegicus. Media Kedokteran Hewan, Vl. 23, No 3.

Nurliani, Ani.2007. Penelusuran Pontensi Antifertilitas Kulit Kayu Durian (Durio zibethinus Murr) melalui Skrining Fitokimia. Sains dan Terapan Kimia, Vol. 1. No. 2 : 53-58.
Susetyarini. Eko.2013.Aktivitas Tanin Daun Beluntas terhadap Konsentrasi Spermazoa Tikus Putih Jantan. Jurnal Gamma. volum 8 nomor 2.